DISTORI.ID – Sebuah kapal kargo milik Inggris rusak akibat serangan pesawat tak berawak (drone) milik milisi penguasa Yaman, Houthi, di sekitar Laut Merah, Selasa (6/2/2024). Ini terjadi saat serangan Houthi di wilayah perairan internasional itu masih belum mereda.
Perusahaan maritim Inggris, Ambrey, mengatakan kapal yang rusak dalam serangan itu merupakan kapal berbendera Barbados. Ambrey menjelaskan kapal itu mengalami kerusakan kecil di bagian kiri.
“Kapal itu melaju kencang dan melakukan manuver mengelak sebelum melanjutkan perjalanan ke selatan menuju selat Bab Al Mandeb,” kata perusahaan itu dikutip AFP.
Dalam beberapa pekan terakhir, Houthi melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang terafiliasi atau terkait dengan Israel dan sekutunya. Ini sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Palestina, Hamas, dan warga Gaza.
Hal ini pun telah menimbulkan efek global. Ini disebabkan strategisnya Timur Tengah di panggung perdagangan internasional global dan menjadi pusat produksi migas dunia.
Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah dan Terusan Suez. Padahal laut itu mengakomodir 15% perdagangan dunia.
Ini juga berdampak pada industri di Eropa. Pabrik baru Tesla di Berlin misalnya memutuskan untuk menangguhkan beberapa produksi karena kekurangan komponen karena bergantungnya raksasa otomotif itu dengan barang asal Asia yang biasanya dikirim melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Atas situasi ini, Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mengambil langkah tegas dalam menindak Houthi. Bersama 11 negara lain, mereka telah melakukan operasi penjagaan dan menembak para pasukan Houthi yang berusaha memasuki atau membajak sebuah kapal serta menghancurkan beberapa situs kelompok itu di Yaman.
Di sisi lain, situasi Timur Tengah juga makin panas. Minggu AS melancarkan serangan di Irak dan Suriah serta Yaman, sebagai tanggapan serangan ke pangkalan militer AS di Yordania 28 Januari. (CNBC Indonesia)