DISTORI.ID – Salah satu penunjang Kurikulum Merdeka adalah program Literasi Madrasah, bertujuan untuk mengembangkan tingkat kemampuan siswa pada literasi Numerasi dan Literasi Bahasa. Bakat siswa dapat tersalurkan khususnya siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan dan kreativitas dalam menulis.
Hal ini disampaikan Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Banda Aceh Kusnadi, saat menutup Kegiatan Bimtek Implementasi Kurikulum Merdeka, Sabtu (25/2/2023) di MIN 11 Banda Aceh.
Ia menambahkan, data menunjukkan bahwa kreativitas siswa sangat besar dan perlu disikapi oleh guru dan madrasah, dengan catatan guru harus memberikan contoh kepada siswanya dengan membuat karya buku literasi.
“Hari ini pemerintah telah memberi apresiasi dan penghargaan kepada madrasah atas kreativitas siswa dan guru madrasah. Kementerian Agama sangat mendukung pengembangan literasi madrasah, dan ini buahnya yang didapatkan dari Implementasi Kurikulum Merdeka, agar siswa merdeka dalam mengeksplorasi dirinya sendiri, yang selama ini terpendam,” ujar Kusnadi.
Dirinya mengajak untuk bersama-sama mengembangkan kemampuan menulis guru dan siswa pada penerapan Kurikulum Merdeka. Kusnadi juga mengharapkan kepala Madrasah untuk memfasilitasi hal tersebut dengan bijak sana.
“Kita ingat pepatah, ‘harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia meninggal dunia meninggalkan karya untuk anak bangsa’. Karya guru dan Siswa Madrasah akan menjadi catatan dan cerita bagi generasi penerus berikutnya. Salam literasi dan mari kita berkarya,” ungkap Kusnadi.
Kepala MIN 11 Banda Aceh Dahrina menyampaikan, program literasi di MIN 11 Banda Aceh sudah dimulai pada tahun 2020 dan berlanjut hingga sekarang.
“Alhamdulillah, program ini sudah kami mulai tahun 2020 pada saat pandemi, melahirkan beberapa karya siswa dan guru, Alhamdulillah setelah itu terus berlanjut hingga sampai pada buku ‘Cintaku Untuk Pertiwi’ kolaborasi dengan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas,” ujar Dahrina.
Ia menyebut, rata-rata guru MIN 11 Banda Aceh memiliki 10 buku antologi, bahkan ada seorang guru memiliki 29 buku Antologi, 2 buku solo cerita anak dan 3 buku yang dilahirkan bersama komunitas. []