KULINERWISATA

Kue Bada Rateuek, kuliner khas Bireuen yang mulai tergerus zaman

DISTORI.ID – Selain sate matang, Kabupaten Bireuen juga dikenal memiliki kuliner legendaris yang wajib dicicipi. Apalagi makanan satu ini sudah langka di pasaran maupun produksinya yang nyaris sudah tutup.

Kuliner tersebut ialah Kue Bada Rateuek. Kue ini mirip seperti kue boy yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat Aceh secara umum. Hanya saja kue Bada Rateuek ini teksturnya lebih keras dan berwarna kecokelatan.

Makanan ini dulunya sangat digemari oleh warga Bireuen. Apalagi saat lebaran tiba, masing-masing warga seakan wajib untuk menyediakan kuliner ini di toples-toples yang ditempatkan di ruang tamu.

Bahan pembuatan kue Bada Rateuek ini terbilang simpel, kue ini terbuat dari tepung beras, kacang hijau, manisan tebu hingga telur. Terkait rasa, kue ini memiliki rasa gurih dan manis. Rasa gurih yang dihasilkan karena adonan ke semua bahan tersebut dibentuk lalu digoreng.

Kue Bada Rateuek khas Bireuen. (Foto: Dok. Dani R)

Sementara rasa manis dihasilkan adanya manisan tebu yang sudah diaduk dalam adonan tersebut. Pembuatan kue ini juga cukup mudah, hanya saja eksistensi kuliner warisan endatu ini sudah mulai tergerus zaman.

Cara membuat kue Bada Rateuek, pertama-tama kacang hijau di gongseng hingga matang lalu ditumbuk halus. Setelah itu, tepung beras dan telur ayam dimasukkan ke dalam adonan kacang hijau. Adonan diaduk hingga rata.

Lalu manisan tebu direbus selama beberapa menit. Setelah itu, manisan tebu dicampurkan ke dalam adonan kacang hijau. Adonan kembali diaduk hingga rata. Adonan yang sudah jadi dipotong sesuai selera lalu digoreng. Kue bada reteuek pun siap untuk disajikan.

Penjaga anjungan Bireuen saat PKA ke 8, Nuraini Ibrahim menyebutkan, kue Bada Rateuek ini bahkan sudah jarang dibuat oleh warga Bireuen khususnya. Sehingga, kehadirannya di pasar penjualan kue nyaris tanpa terlihat. Padahal kue ini jadi makanan tradisional di daerah itu.

“Kalau dulu memang banyak yang buat saat lebaran, kalau hari biasa memang jarang,” kata Nuraini, saat dijumpai beberapa waktu lalu.

Kue Bada Rateuek ini juga dibilang masuk dalam daftar kue langka asal Bireuen karena sudah jarang dibuat oleh warga dan peminatnya mulai menipis. Padahal dulunya kue ini jadi primadona.

Untuk itu, Nuraini berharap para generasi muda sekarang harus mengetahui kuliner endatu khas Bireuen yang mulai jarang di produksi, agar tidak hilang tergerus zaman.

Saat ini pihaknya hanya membuat kue Bada Rateuek ini saat ada pameran kuliner saja. Hal itu dilakukan agar anak-anak milenial mengetahui bahwa Bireuen punya kue legendaris.

“Kalau peminat mulai kurang memang karena jarang di buat. Kalau sekarang paling kalau ada pameran kuliner baru di buat,” ucapnya.

Kue tersebut, kata dia saat ini hanya tersedia di Dekranasda atau toko penjualan kue tradisional, itu pun tidak semua mendisplay. Dia berharap kue bada reteuek bisa kembali menjadi kuliner tradisional yang digemari oleh warga. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button