DISTORI.ID – Hampir semua hal yang kita lakukan sehari-hari berkenaan dengan audio visual. Benar, di era digital, lazimnya aktivitas manusia tidak bisa lagi lepas dari teknologi, terikat, seakan mengikat.
Sebagai contoh, membeli makan atau minuman di restoran atau kafe pembayarannya sudah bisa menggunakan uang elektronik (e-money). Mengisi bensin dan membayar jalan tol hanya dengan menempel kartu. Menggunakan jasa ojek online juga tidak perlu lagi membayar dengan uang cash.
Media audio visual dan dunia pendidikan
Sejenak, mari kita menyelami audio visual. Definisi awal audio visual adalah dua unsur yang terdiri dari suara (audio) dan visual (gambar), yang dipadukan dalam suatu media untuk dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam berbagai hal keperluan termasuk pembelajaran.
Atmaja (2019) dalam karya tulisnya memaparkan bahwa media audio visual merupakan sebuah alat bantu yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap dan ide.
Lantas apakah media audio visual bisa dikatakan seperti semacam pahlawan terhadap pembelajaran masa disruptif? Kita bisa melihat fakta yang terjadi di lapangan belum lama ini, bahkan penulis sendiri selaku orang yang bergelut dalam ranah pendidikan mengapresiasi tinggi kepada yang namanya media audio visual.
Pandemi Covid-19 melanda bumi, walau gagap, dunia pendidikan berotasi dengan cepat, pembelajaran pun diaplikatifkan dengan metode dalam jaringan (daring) alias digital. Hal tersebut secara langsung menuntut manusia untuk memakai perangkat yang memuat media audio visual di dalamnya seperti handphone maupun Personal Computer (PC).
Media audio visual hadir begitu gagah layaknya “superhero” karena telah menyelamatkan dunia pendidikan dari kehancuran. Sebab, lazimnya pembelajaran dikenal dengan cara luar jaringan (luring) alias bertatap muka.
Nah, pandemi telah mewariskan pembelajaran gaya baru (daring) yang begitu apik jika diterapkan di era digital, jauh dari kata monoton dan tidak fleksibel.
Namun, realita di lapangan, masih banyak pendidik yang menggunakan cara belajar yang monoton dan tidak fleksibel dalam metode belajar sehingga membuat peserta didik merasa bosan dengan materi yang diajarkan.
Sudah seharusnya dunia pendidikan menerapkan media pembelajaran yang kekinian dengan isu globalisasi di era disruptif.
Kita semua menginginkan perubahan di zaman yang semakin canggih ini, setiap peralatan yang bisa dan berpotensi untuk menjadi pembaharuan terkhususnya dalam ranah pendidikan maka harus bisa dimaksimalkan untuk kepentingan anak bangsa.
Efektifnya penggunaan media audio visual sangat dapat menguntungkan institusi pendidikan terutama para peserta didik. Media audio visual diyakini mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi, serta membuat setiap orang yang terjun dalam ranah pendidikan merasa terbantu dengan hadirnya media satu ini.
“…mencerdaskan kehidupan bangsa…” adalah tujuan pendidikan di Republik ini yang harus kita ingat dan resapi bersama. Sehingga menjadi pemantik pula untuk melakukan pembaharuan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik. Mari bersama-sama! []
Penulis | Oca Mahdavika, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala.