SEJARAH

Perjalanan perang dan sejauh mana Aceh menghargai damai

Merekam sejarah perang di Aceh (bagian satu)

“Konflik bersenjata yang berkepanjangan terus menghantui Aceh hingga masa kemerdekaan”.

DISTORI.ID – Sepanjang abad ke XVI dan paruh pertama abad ke XVII, Aceh terlibat perang berdarah terus menerus dalam membela agama melawan Portugis di Malaka, selain konfrontasi militer dengan beberapa negeri tetangga sepanjang waktu tersebut dan sesudahnya.

Tahun 1873 pecah perang dan menelan banyak korban antara Aceh dan Belanda, dan konflik bersenjata yang berkepanjangan terus menghantui Aceh hingga masa kemerdekaan.

Pada konflik masa kemerdekaan, ada warna dalam perjuangan, seperti ‘Revolusi Sosial’ berdarah akhir tahun 1945 hingga awal 1946, dikenal dalam istilah setempat sebagai Perang Cumbok.

Kemudian, tahun 1953 Daud Beureueh menyemangati rakyat Aceh untuk memberontak pada pemerintah pusat yang baru berdiri, sebagai usaha untuk mendirikan sebuah negara Islam di wilayah mereka. Gerakan ‘Darul Islam’ ini akhirnya bisa dipadamkan dan Daud Beureueh menyerahkan diri tahun 1962.

Akan tetapi, sebuah gerakan bersenjata yang lain muncul untuk memerdekakan Aceh tahun 1976. Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebagaimana ini dikenal, terlibat dalam konflik senjata berkepanjangan dengan kekuatan militer Indonesia sampai akhirnya disepakati penandatanganan damai tahun 2005.

Dimensi pahit sejarah Aceh ini menarik untuk dikaji bagaimana masyarakat Aceh, secara historis, memandang keterlibatan mereka dalam perang secara terus menerus, dan sejauh mana mereka menghargai perdamaian. []

Editor: M Yusrizal

Disadur dari buku “Memetakan Masa Lalu Aceh” suntingan R. Michael Feener, Patrick Daly dan Anthony Reid.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button