AKADEMIK

Berikut cerpen karya Cut Nyak Dhien, raih Juara III di Hari Bhayangkara

DISTORI.ID – Namanya Cut Nyak Dhien, salah seorang siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Nagan Raya, berhasil mengharukan nama madrasah dan Kabupaten Nagan Raya ke tingkat nasional.

Anak ke tiga dari pasangan Teuku Zulfikar dan Cut Meulu Indriani itu berhasil meraih juara III lomba cipta cerpen kategori SMP atau sederajat pada perayaan Hari Bhayangkara tahun 2023.

“Mendapat informasi mengenai adanya perlombaan tersebut disampaikan sama guru dan tertarik untuk mengikutinya, karena hobi menulis,” sebut Cut Nyak, Jumat (23/6/2023).

Ia tidak menyangka ketika mendapat informasi dari kawannya yang bahwa dirinya memenangkan lomba penulisan cerpen tersebut.

“Pertama dapat info juara dari kawan, kemudian langsung mengeceknya di live pengumuman tersebut dan ternyata benar,” jelasnya.

“Perasaan sangat senang saat mengetahui menang dan tidak menyangka bisa menang, karena bisa membanggakan nama orang tua dan madrasah,” kata Cut Nyak.

Sementara kepala MTsN 1 Nagan Raya Teuku Meurah Iskandar bangga dan senang saat mengetahui siswanya mendapat juara di ajang lomba HUT Bhayangkara.

“Mengetahui informasi Cut Nyak Dhien menang, kita pastikan informasi tersebut sama Humas Polres Nagan Raya dan ternyata benar. Rasa senang yang luar biasa dan bangga saat mengetahui anak kami bernama Cut Nyak Dhien bisa menang juara 3 lomba menulis cerpen,” jelas TM Iskandar.

TM Iskandar juga berharap kepada Cut Nyak jangan hanya berbangga dengan juara tersebut saja tetapi terus tingkatkan kompetensi.

“Juara yang sudah diperoleh tersebut menjadi batu loncatan untuk Cut Nyak meningkatkan prestasi akademik dan non akademik, jangan cukup dengan juara 3, tapi bisa menjadi juara 2 dan 1 ke depannya,” sebut Iskandar.

TM Iskandar berharap kepada seluruh siswa MTsN 1 Nagan Raya untuk bisa mendapatkan prestasi baik akademik maupun non akademik.

“Kepada seluruh siswa dan siswi MTsN 1 Nagan Raya terus tingkatkan kompetensinya masing-masing, sehingga ke depan akan lahir Cut Nyak yang lain di madrasah,” ujarnya.

Berikut adalah cerpen karya Cut Nyak Dhien yang berhasil merebut juara 3 di ajang perlombaan hari Bhayangkara ke-77 digelar Divisi Humas Polri.

Polisi Idolaku

Karya: Cut Nyak Dhien

Aku Rendy, seorang murid SMP yang memiliki cita-cita untuk menjadi polisi, keinginan tersebut muncul ketika aku masih kecil, mungkin saat aku berumur 7 tahun. Ketika itu, diwilayah tempatku tinggal sering ada polisi yang sedang melakukan patrol. Sedari kecil, aku selalu melihat apa yang mereka lakukan. Saat itu, aku benar-benar terpukau dengan keberanian dan dedikasi mereka dalam melindungi masyarakat. Karena itu, aku sangat ingin menjadi polisi agar bisa memberantas kejahatan di masyarakat.

Aku punya idola, namanya pak Heri. Pak Heri, seorang polisi lalu lintas yang sangat aku kagumi. Pak Heri dan keluarganya baru saja pindah ke daerah tempat aku tinggal. Dari Pak Herilah aku belajar tentang peraturan lalu lintas dan pentingnya keselamatan saat mengemudi.

Aku yang baru pulang dari sekolah melihat ada razia lalu lintas. Di antara polisi tersebut, terdapat Pak Heri. Disitu aku melihat Pak Heri sedang berbicara dengan pengendara mobil. Aku pun mencoba mendekati Pak Heri.

Dari jarak yang lumayan dekat, aku bisa melihat Pak Heri mengembalikan SIM ke pengemudi mobil tersebut. Lalu si pengemudi pun pergi meninggalkan area razia. Aku yang awalnya ingin menyapa, akhirnya memutuskan untuk tidak jadi menyapa. Dikarenakan aku melihat Pak Heri begitu sibuk dengan pekerjaannya.

Sore harinya, tanpa sengaja aku bertemu dengan Pak Heri di sebuah warung. Aku pun langsung menyapanya.

“Pak Heri,” sapaku.

“Nak Rendy, kamu sedang apa apa di sini?,” sahut Pak Heri

“Mau jajan pak hehe,” jawabku sambal cengengesan.

“Oh, ambillah, biar bapak yang bayar,” ucap Pak Heri.

“Beneran pak?,” tanyaku penuh kesenangan.

“Iya, ambil saja,” jawab Pak Heri.

Dengan perasaan senang, aku mengambil satu keripik dan satu minuman. Walaupun sangat senang, disisi lain aku juga merasa tidak enak dengan Pak Heri. Dia benar-benar orang yang baik.

Sambal menenteng jajanan, aku dan Pak Heri memilih duduk di dekat jendela warung. Kami saling bercerita tentang hari yang sudah kami lalui. Hal tersebut membuat aku teringat akan kegiatan razia Pak Heri.

“Pak Heri,” panggilku memulai percakapan

“Ya,” balas Pak Heri

“Bagaimana kegiatan razia tadi pak?,” tanyaku

“Berjalan lancar, walaupun tadi ada orang yang SIM-nya mati, tetapi tetap saya biarkan pergi,” jawab Pak Heri.

“Loh, kenapa pak? Bukannya seharusnya ditilang ya?,” tanyaku penasaran.

“Karena bapak tersebut sedang terburu-buru, beliau membawa ibunya yang sedang sakit. Tampaknya, ibu dari bapak tersebut sangat membutuhkan pertolongan segera. Jadi, saya tidak ingin mempersulit, takut ibunya kenapa-napa,” jawab Pak Heri.

“Mobil Avanza silver ya, pak?,” tanyaku lagi.

“Iya, kok kamu tahu?,” Pak Heri balik bertanya.

“Hehe, iya, tadi saya lihat. Soalnya saya ada di sekitar tempat razia Pak Heri. Padahal saya ingin menyapa, tapi kelihatannya bapak sibuk. Jadinya, saya batalkan niat saya tadi,” sambungku yang mencoba menjelaskan.

Soal itu, aku benar-benar kagum, pikiranku berkelana, Pak Heri baik dan ramah. Entahlah perbuatan Pak Heri itu profesional atau tidak. Tapi, menurutku Pak Heri sudah menyelamatkan orang yang sedang sakit. Kita tak tahu apa yang akan terjadi pada orang tersebut jika Pak Heri tetap melanjutkan proses dan menilangnya.

“Aku harap aku bisa menjadi polisi seperti idolaku,” ujarku memecah keheningan.

“Memangnya siapa idola kamu?,” tanya Pak Heri.

“Tentu saja Pak Heri yang baik hati,” jawabku sendiri tersenyum lebar.

Pak Heri yang mendengar perkataanku pun sontak tertawa.

“Baiklah, besok-besok kita akan belajar mengenai tugas-tugas polisi ya! Saya percaya kamu bisa mewujudkan cita-cita kamu,” ujar Pak Heri memberikan motivasi.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Pak Heri. Aku sungguh berharap menjadi seperti Pak Heri, polisi yang baik yang aku kenal. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button