DAERAH

Kronologi Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan, Diduga Gegara Malapraktik Dokter RSUDZA Banda Aceh

DISTORI.ID – Yismanila (41), seorang pasien asal Kabupaten Aceh Barat mengalami kebutaan mata sebelah kananya secara permanen. Azhar, suami pasien menduga apa yang terjadi pada istrinya disebabkan oleh malapraktik dokter saat menangani proses embolisasi (penyumbatan suatu pembuluh darah) melalui selang dari pangkal paha ke otak.

Dikatakan Azhar, proses menyemprotkan obat melalui selang ditangani oleh dokter bedah Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, di ruang bedah rumah sakit plat merah milik Pemerintah Aceh itu, Selasa (13/2/2024) malam. Yusmanila merupakan ibu dua orang anak bernama Indri (10) dan Nita (3) (nama samaran), warga Kecamatan Sama Tiga, Kabupaten Aceh Barat, Aceh.

“Apa yang terjadi pada istri saya baru saya ketahui setelah proses embolisasi dan dikembalikan ke ruang inap (Nabawi). Dia muntah hebat, dan langsung mata sebelah kanan tidak bisa melihat lagi,” ujar Azhar dalam keterangan yang wartawan, Minggu (18/2/2024).

Azhar menceritakan istrinya divonis mengindap tumor pembuluh darah di bagian hidung sejak tahun 2022 lalu dan telah dilakukan tindak operasi pada tahun itu juga di RSUDZA Banda Aceh. Sayangnya, baru satu tahun berselang penyakit yang sama kambuh lagi.

Sejak merasakan keluhan yang sama, Azhar memutuskan membawa kembali istrinya ke RSUDZA Banda Aceh berdasarkan surat rujukan yang dikeluarkan RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh, Aceh Barat sekitar akhir Januari 2024.

“Awalnya, berobat jalan karena tinggal di rumah family di Blang Oi (Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh). Setelah melalui semua diproses pemeriksaan dan dijadwalkan operasi pada Selasa (13/2/2024), makanya disuruh rawat inap mulai Senin (12/2/2024),” ungkap Azhar.

Menurut Azhar, kondisi istrinya saat pertama masuk ke ruang rawat inap Nabawi dalam kondisi bugar tanpa mengeluh sakit apapun. Namun, petaka mulai menghampiri saat dokter bagian THT membawa istrinya ke ruang bedah untuk dilakukan pemeriksaan kembali.

“Saat itu, tim dokter THT memeriksa kembali hidung saya dengan cara dicongkel dengan alat. Padahal, sebelumnya salah satu dokter penanggung jawab tidak merekomendasikan dan sudah menginstruksikan hidung saya tidak boleh lagi di congkel-congkel karena tumornya memang letaknya di pembuluh darah, sedikit saja bergoyang pasti keluar darah,” ujarnya.

Dalam kejadian itu, menurut Azhar darah yang keluar dalam hidung istrinya tidak bisa berhenti sehingga keluar kurang lebih satu botol air mineral atau sekitar setengah liter. Setelah kejadian itu, operasi yang telah dijadwalkan terpaksa dibatalkan karena ditakutkan akan terjadi pendarahan saat operasi dilakukan.

“Saat itu juga saya bilang sama dokter-dokter itu, (kalau tidak salah namanya dokter Fadila), kan saya sudah menolak kenapa kalian paksa. Apalagi dokter Beni (bagian THT) belum memberikan tanda tangan, tapi kalian paksa-paksa jadi begini kejadiannya, saat itu semua dokter diam. Jadi waktu dicongkel-congkel dokter yang congkel itu mengajari dokter-dokter muda lain, sepertinya saya dijadikan bahan uji coba mereka,” ungkapnya.

Nah, setelah itu sambung Azhar, istrinya kembali dibawa ke ruang inap dangan kondisi darah yang masih menetes dari lubang hidung. Keesokan harinya, tiba-tiba tim dokter memutuskan untuk dilakukan embolisasi melalui selang dari pangkal paha ke otak.

Operasi kecil itu, lanjut Azhar menceritakan, dilakukan mulai habis Magrib hingga pukul 23.00 WIB malam dengan tujuan untuk menutup kutub darah agar tidak terjadi pendarahan saat operasi.

Menurut pengakuan Yusmanila, proses ini dilakukan dengan bius lokal. Sehingga, apa yang dilakukan dokter semua dapat dilihat dan dirasakan, karena sangat sakit saat selang itu dimasukan dalam badan hingga ke otak.

“Terasa sekali saat masuk obat ke otak, dan itu banyak sekali. Saya tidak teringat soal mata, tapi saya teringat nanti kepala saya pasti sudah rusak, karena banyak sekali obat yang disemprot,” ujarnya.

Selesai itu dilakukan, menurut Azhar, istrinya itu mengalami muntah-muntah hebat hingga setengah sadar. Dalam kondisi tersebut, kedua matanya memang tidak bisa dibuka, dan ia sempat berpikir mungkin karena pengaruh obat. Ternyata, perkiraannya salah, karena setelah sadar sekitar pukul 04.00 WIB, mata kanannya sama sekali tidak bisa melihat.

“Sejak saat itulah, saya menangis sekuat-kuatnya. Karena waktu masuk kemari, mata saya tidak ada keluhan sedikitpun. Jadi, bukan berkurang penyakitnya, malah bertambah. Saya teringat, anak masih kecil-kecil, siapa yang merawat kalau kondisi saya seperti ini, walaupun bisa melihat dengan mata kiri, namun pasti mengganggu, terutama kami orang kerja tani di kampung,” ungkapnya.

Atas kejadian ini, Azhar mengaku tidak terima dan meminta manajemen RSUDZA Banda Aceh untuk bertanggungjawab. Karena, baik bagian THT dan bagian bedah plin-plan dalam memberikan penjelasan dan terkesan tidak bertanggungjawab.

“Kemarin (Jumat, 15/2/2024) sudah dicek ke Poli Mata dan kata dokter spesialis, berdasarkan hasil USG bahwa matanya buta permanen sebelah kanan. Saya berharap, pihak rumah sakit bertanggungjawab, dan bagaimana penanganan penyakit utama itu, ini masih terkatung-katung tanpa penjelasan pasti, sementara kami sudah 2 minggu di sini,” harap Azhari.

Sementara itu, Direktur RSUDZA Banda Aceh dr Isra Firmansyah, mengatakan akan mengecek terlebih dahulu laporan tersebut.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Baik, terima kasih atas laporannya. Akan saya cek. Barakallahu fiik,” jawab dr Isra Firmansyah singkat melalui pesan WhatsApp. (Ril)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button