DISTORI.ID – Pertengahan tahun 2023, Indonesia kembali menoreh prestasi di kancah internasional. Mastercard Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 menempatkan Indonesia pada peringkat teratas destinasi wisata halal dunia.
Momentum inilah yang melatarbelakangi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banda Aceh dan Aceh Besar melaksanakan diskusi dalam rangka melihat potensi wisata halal di Aceh.
Kegiatan yang menghadirkan beberapa delegasi pelaku usaha industri pariwisata ini, dilaksanakan di Kupi Nanggroe, Banda Aceh, pada Rabu (2/8/2023).
Disampaikan Mujiburrijal, sebagai pemateri utama diskusi, konsep pariwisata halal dalam masyarakat Aceh belum menemukan definisi yang sebenarnya. Selain itu, pemikiran terhadap wisata halal cenderung kepada wisata ziarah dan religi.
Kesalahan lain, sebut Mujiburrijal, terkait wisata halal adalah pemahaman keislaman belum dipahami dalam semua lini kepariwisataan. Untuk itu, perlu pengenalan terhadap konsep keislaman dalam wisata halal tersebut di masyarakat guna mewujudkan Aceh sebagai destinasi wisata halal yang unggul.
“Konsep wisata halal adalah merupakan strategi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat muslim terutama yang berwisata untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kaidah-kaidah syari’at sehingga mereka mendapatkan nilai ibadah dalam setiap perjalanan wisata,” kata Mujib yang juga seorang agen perjalanan wisata di Banda Aceh.
Sementara Rizal Faisal yang juga perwakilan agen travel, menyayangkan belum maksimalnya pengelolaan destinasi wisata di Aceh. Ia pun mengharapkan adanya keseriusan pemerintah bersama stakeholder terkait untuk meningkatkan pengelolaan destinasi wisata yang berkompetensi dan berdaya saing.
Sedangkan Syahrizal, selaku ketua Dewan Pimpinan Cabang HPI Aceh Besar menyampaikan para pemandu wisata terus menggaungkan Aceh sebagai negeri syari’at Islam kepada setiap tamu yang datang, dan wisata halal adalah salah satu potensi yang dapat dikembangkan.
“Aceh sebenarnya memiliki potensi besar dan lebih layak dari daerah lain di Indonesia, hanya saja perlu kesiapan yang lebih matang untuk mewujudkannya, seperti dukungan sarana dan prasarana yang memadai, penguatan SDM, serta branding. Untuk itu hal ini perlu mendapat respons dari pelaku industri pariwisata yang ada di Aceh,” kata Syahrizal. []
Editor: Fahzian Aldevan