DISTORI.ID – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi, Ridha Ahida, menyampaikan permohonan maaf usai Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi diusir sejumlah mahasiswa.
Menurut Ahida, Mahyeldi datang ke UIN Bukittinggi atas undangan resmi dari kampusnya. Gubernur diundang sebagai narasumber pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Kegiatan ini merupakan agenda rutin dalam rangka mengawali Tahun Akademik 2023 bagi calon mahasiswa baru.
“Kehadiran Bapak Gubernur atas undangan resmi Rektor UIN Bukittinggi. Kehadiran Bapak Gubernur juga disambut sangat antusias, ditunjukkan dengan tepuk tangan dan lambaian aneka atribut mahasiswa sambil diiringi musik sampai beliau menempati kursi yang sudah disiapkan oleh panitia berserta unsur pimpinan UIN Bukittinggi,” terang Ridha Ahida di Bukittinggi, Kamis (24/8/2023).
Saat acara yang diperuntukkan bagi mahasiswa baru berjalan, lanjut Ahida, tiba-tiba ada beberapa oknum yang mengatasnamakan Dewan Mahasiswa yang maju ke depan dan memaksa menyampaikan aspirasi. Mereka mengambil mikrofon yang ada di meja MC.
“Aspirasi yang disampaikan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan tema dan materi serta topik yang disampaikan Gubernur Sumbar selaku narasumber atau juga materi PBAK secara umum,” jelasnya.
Dikatakan Ahida, pihak panitia dan sekuriti kemudian mencoba menertibkan mahasiswa yang menyampaikan aspirasi, membawa mereka untuk keluar ruangan.
Karena sudah masuk waktu Asar, unsur pimpinan dan rombongan gubernur keluar ruangan sambil bersalaman dengan mahasiswa baru peserta PBAK yang berasal dari berbagai daerah. Rombongan menuju Masjid Ulul Albab Kampus UIN Bukittinggi.
“Unsur pimpinan UIN Bukittinggi berserta pihak terkait telah mengambil langkah-langkah tindakan sesuai ketentuan kepada oknum mahasiswa tersebut,” jelas Ahida.
“Kejadian ini kami sadari tentu telah mengganggu nama baik Bapak Gubernur dan UIN Bukittinggi di mata masyarakat. Untuk itu, unsur pimpinan dan seluruh civitas Akademika UIN Bukittinggi menyampaikan penyesalan mendalam dan permohonan maaf atas kejadian tersebut yang sama sekali tidak diharapkan,” sambungnya.
Ridha Ahida berharap kejadian ini tidak terulang. Dikatakannya, penyampaian aspirasi adalah hak setiap warga bangsa, dan hal itu sebaiknya dilakukan dengan tetap menghormati hak-hak orang lain. []
Editor: M Yusrizal