“…memaksa pemimpin-pemimpin Aceh menyerah pada Belanda”
DISTORI.ID – Reaksi keras penduduk Aceh atas agresi Belanda menimbulkan banyak kerugian di pihak kolonial. Tahun 1881, J.W. van Lansberge Gubernur Jendral Belanda di Batavia mengakui sikap perlawanan rakyat Aceh menimbulkan ‘kekacauan total’ pasukan Belanda.
Mengatasi masalah, pemerintah Belanda mengirimkan ahli permasalahan Islam, C. Snouck Hurgronje ke Aceh. Tidak lama setelah kedatangannya ke Aceh, Snouck menyarankan tentara Belanda agar mempermalukan pasukan Aceh di bawah komando para ulama.
Dia menyadari jika perang didasarkan pada doktrin agama, satu-satunya cara untuk mengakhirinya adalah dengan mengerahkan kekuatan militer Belanda yang tangguh untuk menghabisi mereka yang memberikan legitimasi perjuangan berdasarkan Islam.
Cara yang lain adalah dengan mempraktikkan strategi ‘penculikan’ terhadap keluarga sultan dan para pemimpin perang, tujuannya, untuk memaksa pemimpin-pemimpin Aceh menyerah pada Belanda.
Merealisasinya, Belanda menculik Pocut Murong, permaisuri Sultan Muhammad Daud Syah, serta putranya. Intimidasi atas keluarga, mengharuskan Sultan menyerah pada awal tahun 1903.
Belanda juga menangkap Cutpo Radeu putri dari Panglima Polem, dan beberapa keluarga terdekatnya. Hingga sang panglima pun terpaksa menyerah pada akhir 1903. []
Editor: M Yusrizal
Disadur dari buku “Memetakan Masa Lalu Aceh” suntingan R. Michael Feener, Patrick Daly dan Anthony Reid.