HEALTHNEWS

Plasenta Akreta: Ancaman Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai di Hari Kesehatan Nasional

DSTORI.ID – Setiap tahun pada tanggal 12 November, Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.

Di tengah berbagai upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, masih terdapat berbagai kondisi medis yang mengancam nyawa ibu hamil dan melahirkan.

Salah satu kondisi yang semakin sering ditemukan dan sangat berbahaya adalah plasenta akreta.

Di Provinsi Aceh Pada periode tahun 2020-2021, Provinsi Aceh mencatat 381 kematian dari total 219.470 kelahiran hidup, dengan 55 kasus Penyebab kematian utamanya adalah perdarahan dan komplikasi persalinan.

Seperti halnya di berbagai daerah di Indonesia, kasus plasenta akreta menjadi salah satu penyebab utama perdarahan postpartum masif yang dapat berujung pada kematian ibu.

Kondisi ini memerlukan penanganan khusus oleh tim medis yang kompeten dan fasilitas kesehatan yang memadai.

Apa Itu Plasenta Akreta?

Plasenta akreta adalah kondisi serius di mana plasenta (ari-ari) menempel terlalu dalam pada dinding rahim.

Dalam kondisi normal, plasenta menempel pada lapisan dalam rahim (endometrium) dan akan terlepas dengan mudah setelah bayi lahir.

Namun pada plasenta akreta, plasenta menembus lebih dalam hingga ke lapisan otot rahim (miometrium), bahkan pada kasus yang parah dapat menembus hingga keluar dari rahim.

Terdapat tiga tingkat keparahan plasenta akreta:

• Plasenta akreta: Plasenta menempel pada otot rahim
• Plasenta inkreta: Plasenta menembus lebih dalam ke otot rahim
• Plasenta perkreta: Plasenta menembus seluruh dinding rahim hingga organ lain

Aceh menghadapi tantangan tersendiri dalam menangani kasus plasenta akreta. Wilayah geografis yang luas dengan medan yang menantang membuat akses ke fasilitas kesehatan memadai menjadi kendala. Belum lagi keterbatasan jumlah dokter spesialis kandungan dan fasilitas penunjang seperti bank darah yang memadai. “Banyak kasus plasenta akreta yang baru terdeteksi saat persalinan, padahal seharusnya bisa diketahui sejak pemeriksaan kehamilan melalui USG. Keterlambatan deteksi ini yang membahayakan nyawa ibu,” ungkap dr. Taqin.

Ia menambahkan, tidak semua rumah sakit di Aceh memiliki fasilitas dan tim yang siap menangani komplikasi serius ini.

“Penanganan plasenta akreta membutuhkan tim lengkap: Dokter kandungan Konsultan, Anestesi, bahkan Dokter Bedah jika dibutuhkan. Juga harus ada ketersediaan darah donor yang cukup,ucapnya.”

Siapa yang Berisiko?

Beberapa kondisi meningkatkan risiko seorang ibu mengalami plasenta akreta:

Pertama, riwayat operasi caesar sebelumnya. Risiko meningkat tajam pada ibu yang pernah menjalani operasi caesar dua kali atau lebih.

Kedua, plasenta previa atau kondisi di mana plasenta menutupi jalan lahir.

Kombinasi plasenta previa dengan riwayat operasi caesar adalah faktor risiko tertinggi.
Ketiga, usia ibu di atas 35 tahun saat hamil.

Keempat, riwayat operasi atau tindakan lain pada rahim seperti kuretase setelah keguguran atau operasi pengangkatan mioma.

“Di Aceh, kami sering menemukan ibu hamil dengan kombinasi beberapa faktor risiko ini, terutama yang sudah pernah menjalani operasi caesar berulang kali,” ujar dr. Taqin

Bahaya yang Mengintai

Plasenta akreta tergolong komplikasi kehamilan yang sangat berbahaya.

Saat persalinan, ibu bisa kehilangan ribuan mililiter darah dalam waktu singkat. Kondisi ini membutuhkan transfusi darah dalam jumlah besar.

Dalam banyak kasus, satu-satunya cara menyelamatkan nyawa ibu adalah dengan mengangkat rahim (histerektomi). Ini berarti ibu tidak bisa hamil lagi.

“Keputusan mengangkat rahim memang berat, tapi nyawa ibu adalah prioritas utama,”

Tanpa penanganan yang tepat dan cepat, plasenta akreta dapat menyebabkan kematian ibu.

Data menunjukkan angka kematian ibu akibat plasenta akreta bisa mencapai 7-10 persen, bahkan di rumah sakit besar sekalipun.

Deteksi Sejak Dini

Kabar baiknya, plasenta akreta bisa dideteksi sejak masa kehamilan melalui pemeriksaan USG rutin.

Idealnya pemeriksaan USG dilakukan pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Jika ada kecurigaan plasenta akreta, bisa melakukan pemeriksaan lebih detail bahkan MRI jika diperlukan.

Dengan deteksi dini, tim medis dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang: merencanakan waktu operasi, menyiapkan tim lengkap, mengatur ketersediaan darah donor, hingga menyiapkan ruang ICU untuk perawatan pasca operasi.

“Ibu hamil dengan diagnosis plasenta akreta biasanya kami jadwalkan operasi caesar pada usia kehamilan 34-37 minggu, sebelum kontraksi muncul. Ini untuk mengurangi risiko perdarahan mendadak,” jelasnya.

Pesan untuk Ibu Hamil Aceh

Dr. Taqin memberikan eberapa pesan penting untuk ibu hamil di Aceh:

Pertama, rutin memeriksakan kehamilan minimal enam kali selama kehamilan. Jangan lewatkan jadwal pemeriksaan USG.

Kedua, selalu informasikan kepada dokter atau bidan jika pernah menjalani operasi caesar atau operasi rahim lainnya.

Ketiga, jika terdiagnosis plasenta previa, segera konsultasi ke dokter spesialis kandungan dan berencana melahirkan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.

Keempat, siapkan donor darah dari keluarga sejak jauh-jauh hari. Ini sangat penting jika terjadi situasi darurat.

Kelima, jangan menolak rujukan jika disarankan oleh tenaga kesehatan.

“Kami paham akses ke rumah sakit besar bisa jadi tantangan, tapi keselamatan ibu dan bayi adalah yang utama,” tegasnya.

Upaya Pencegahan

Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko plasenta akreta: Kurangi operasi caesar yang tidak perlu.

Operasi caesar sebaiknya hanya dilakukan atas indikasi medis yang jelas, bukan atas permintaan atau alasan kenyamanan semata. Dukung program persalinan normal.

Pemerintah dan tenaga kesehatan perlu terus mempromosikan persalinan pervaginam yang aman.

Atur jarak dan jumlah kehamilan melalui program keluarga berencana.

“Semakin banyak anak, semakin banyak risiko yang dihadapi, apalagi jika semua melahirkan melalui operasi,” ujar dr Taqin.
Tingkatkan edukasi masyarakat tentang risiko operasi caesar berulang.

Banyak ibu yang tidak tahu bahwa setiap operasi caesar meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya.

Kesadaran adalah Kunci

Dalam momentum Hari Kesehatan Nasional ini, dokter yang putra asli aceh ini mengajak seluruh masyarakat Aceh dan Indonesia umumnya untuk lebih peduli terhadap kesehatan ibu hamil.

“Plasenta akreta adalah ancaman yang serius, tapi bisa dihadapi dengan deteksi dini dan persiapan yang matang. Yang paling penting adalah kesadaran ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya dan tidak meremehkan faktor risiko yang dimiliki,” pesannya.

Menurunkan angka kematian ibu adalah tanggung jawab bersama. Dibutuhkan kerja sama antara tenaga kesehatan, pemerintah, dan masyarakat untuk memastikan setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan terbaik dan melahirkan dengan selamat.

“Kesehatan ibu adalah investasi untuk masa depan Aceh. Mari kita jaga bersama,” pungkas nya. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button