DISTORI.ID – Ishak alias Kureng, warga Desa Menang Gini, Karang Baru, Aceh Tamiang menceritakan bagaimana banjir besar itu datang menghantam pemukiman mereka.
“Banjir hari Rabu mulai naik, malam Kamis sudah dua meter lebih. Hari Kamis bertambah lagi sampai malam Jumat kira-kira 3,5 meter,” kata Ishak, Kamis, 4 Desember 2025.
“Hari Jumat baru mulai reda pelan-pelan, dan Sabtu kami bisa keluar cari makan. Kami terjebak sekitar empat hari empat malam,” katanya lagi.
Ishak mengungsi ke kantor KPA bersama sekitar 50 warga lainnya. Banyak warga dari desa sekitar juga ikut menyelamatkan diri ke lokasi tersebut.
“Arus banjir kencang sekali, rumah hancur semua. Yang paling dibutuhkan sekarang makanan, air bersih, dan obat-obatan untuk bayi. Banyak anak sudah demam,” ujarnya.
“Saat banjir, yang diselamatkan cuma keluarga. Yang tersisa hanya baju di badan,” katanya.
Wahyu Putra Pratama, warga Kampung Dalam, Karang Baru, menyampaikan kisah serupa.
“Selesai Magrib, air sudah masuk. Kami langsung mengungsi ke tempat kantor KPA yang dekat karena banyak anak kecil, alhamdulillah selamat,” tuturnya.
“Air naik cepat sekali, setinggi kabel listrik, sekitar tiga meter. Rumah sudah hancur semua,” sambungnya.
Wahyu mengatakan warga bertahan hidup dengan memakan apa pun yang ditemukan.
“Kami cari kelapa, pisang, apa saja. Berenang sambil ikat pinggang supaya tidak hanyut. Air naik hanya dalam satu setengah jam langsung tiga meter,” ujarnya.
“Kami terjebak lima hari lima malam. Hari keenam pagi baru surut,” sambungnya.
Ia menyebut ratusan rumah rusak parah di desa itu, dan hanya tersisa fondasi.
“Dari 100 persen, hanya 20 persen yang tersisa,” katanya.
“Korban jiwa sekitar 250 orang, termasuk sekitar 150 yang belum ditemukan. Ini tsunami, cuma bedanya air sungai. Baru kali ini kami merasakan bencana sebesar ini,” katanya. []






