DAERAHNEWS

Generasi Muda Diajak Visualisasikan Hikayat Aceh Lewat Seni Ukir Kulit

DISTORI.ID – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I, Aceh menggelar Workshop Visualisasi Hikayat Aceh di Gedung SKB Jantho dengan tema Menafsirkan Cerita dan Menggali Warisan Aceh dalam medium Rupa, Senin–Selasa, 8–9 September 2025.

Acara tersebut diinisiasi oleh Karya Mansyah, M.Sn selaku mitra BPK Wilayah 1. Karya Mansyah M.Sn merupakan salah satu dosen di Prodi Kriya Seni ISBI Aceh.

Workshop ini menjadi ruang kreatif bagi generasi muda untuk mengenal, memahami, sekaligus memvisualisasikan kembali karya sastra klasik Hikayat Aceh dalam medium seni kriya, khususnya seni ukir kulit.

Melalui kegiatan ini, tradisi lisan dan sastra lama tidak hanya dihidupkan melalui pembacaan, tetapi juga diolah ke dalam karya visual yang lebih dekat dengan generasi muda masa kini.

Pembukaan workshop turut dihadiri Staf Ahli Bupati Aceh Besar, Makmoen, M.T., serta perwakilan ISBI Aceh, Dr. Angga Eka Karina, M.Sn., yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Seni Pertunjukan.

Dalam laporannya, Karyamansyah menekankan pentingnya inovasi dalam pelestarian tradisi. Menurutnya, Hikayat Aceh bukan sekadar karya sastra klasik, tetapi juga dokumen budaya yang merekam nilai-nilai sosial, politik, dan spiritual masyarakat Aceh masa lalu.

Dengan pendekatan visual, peserta diajak untuk “menyentuh” kembali warisan budaya ini melalui proses artistik yang relevan dengan perkembangan seni rupa kontemporer.

“Melalui workshop ini, kami ingin menunjukkan bahwa Hikayat Aceh bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga bisa divisualisasikan dalam bentuk seni. Seni ukir kulit dipilih karena memiliki kedekatan dengan tradisi kriya Nusantara sekaligus membuka ruang bagi kreativitas anak muda,” jelas Karyamansyah.

Makmoen, M.T., dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi dan dukungan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar terhadap terselenggaranya acara ini.

“Terima kasih kepada BPK Wilayah I, Aceh yang telah menginisiasi kegiatan seperti ini. Menurut saya, ini merupakan usaha penting dosen selaku ilmuwan perguruan tinggi untuk melestarikan tradisi dan budaya Aceh. Hikayat Aceh adalah warisan leluhur yang wajib kita jaga agar tetap eksis sebagai cerminan identitas jati diri orang Aceh,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Dr. Angga Eka Karina, M.Sn. Ia menilai bahwa keberadaan Hikayat Aceh sebagai karya klasik sudah seharusnya dikenalkan kembali kepada generasi muda dengan pendekatan kreatif.

“Workshop ini mengajak masyarakat, seniman, budayawan, dan anak muda untuk kembali mengingat karya sastra Aceh yang hebat. Lebih dari itu, kegiatan ini memadukan Hikayat Aceh dengan seni ukir kulit, sehingga tradisi dapat hadir dalam bentuk visual yang baru. Saya berharap workshop ini memberi dampak agar generasi muda semakin mencintai dan melestarikan Hikayat Aceh sebagai jati diri orang Aceh,” ungkapnya.

Workshop Visualisasi Hikayat Aceh diikuti puluhan peserta dari kalangan siswa SMA/SMK, mahasiswa, hingga pegiat seni. Selama dua hari, mereka akan mendapatkan materi mengenai sejarah naskah Hikayat Aceh, konteks sosial budaya yang melingkupinya, serta praktik keterampilan mengukir motif Hikayat Aceh ke dalam media kulit.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Achmad Zaki, M.Hum., dosen Prodi Kajian Sastra Budaya, dan Putri Dahlia, M.Sn., dosen Prodi Kriya Seni ISBI Aceh. Keduanya memandu peserta dengan perpaduan antara pendekatan teoritis dan praktik artistik, sehingga karya sastra tidak berhenti pada teks, melainkan hidup dalam bentuk visual yang kreatif.

Dengan adanya workshop ini, ISBI Aceh berharap dapat membuka jalan baru bagi pelestarian tradisi, di mana Hikayat Aceh bisa terus diwariskan bukan hanya sebagai teks, tetapi juga sebagai inspirasi seni yang dapat dinikmati lintas generasi. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button