DAERAHNEWS

SuKAT Gelar Buka Puasa Bersama dan Tadarus Seni Bahas Arah Kebudayaan Aceh

DISTORI.ID – Komunitas Suara untuk Kebudayaan Aceh Terarah (SuKAT) menggelar acara buka puasa bersama dan Tadarus Seni di Telaga Art Space, Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, pada Minggu (9/3/2025) malam. Acara ini dihadiri oleh seniman, budayawan, pelaku budaya, serta berbagai organisasi kesenian dan kebudayaan di Aceh.

Tadarus Seni merupakan kegiatan rutin setiap bulan Ramadan. Kali ini, acara tersebut mengangkat tema “Membaca Ulang Arah Kebudayaan Aceh”, bertepatan dengan pertemuan ekosistem SuKAT yang berbuka puasa bersama.

Acara ini menghadirkan sastrawan Aceh Azhari Aiyub serta pegiat sosial, budaya, dan politik M Taufik Abda sebagai pembicara. Dalam pemaparannya, Azhari menyoroti bahwa pemuda Indonesia telah membahas arah kebudayaan nasional sejak 1920, bahkan sebelum kemerdekaan. Namun, menurutnya, di Aceh belum ada diskusi mendalam terkait arah kebudayaan yang melibatkan pelaku budaya lokal.

“Arah kebudayaan Aceh selama ini hanya mengikuti kebijakan pemerintah pusat tanpa melibatkan pelaku budaya Aceh itu sendiri. Bahkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) pun tidak ada pembahasan terkait hal ini. Karena itu, penting untuk merumuskan kembali arah kebudayaan Aceh,” ujar Azhari.

Sementara itu, M Taufik Abda menekankan bahwa kebudayaan memiliki keterkaitan dengan tiga dimensi utama, yakni Tuhan, alam, dan manusia dalam kerangka paradigma tauhid.

“Setiap saat kita berhubungan dengan dimensi ketuhanan, alam, dan manusia. Hari ini, kita berkumpul dalam ruang yang sama, berdiskusi sebagai orang-orang yang gelisah dengan dinamika sosial budaya, khususnya terkait arah kebudayaan Aceh saat ini,” katanya.

Taufik juga menegaskan perlunya roadmap (peta jalan) kebudayaan yang lebih terarah agar kebijakan budaya Aceh tidak hanya terjebak dalam isu RPJM semata.

“Tadarus ini diharapkan menjadi titik temu bagi kita semua untuk merancang draf roadmap kebudayaan. Jika arah tujuan tidak jelas, kita khawatir Aceh akan kehilangan identitas budayanya dalam lima hingga 20 tahun ke depan,” tuturnya. []

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button