DISTORI.ID – Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk pada Sabtu (25/1/2025) di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung tercatat Rp1.611.000, naik Rp3.000 dari perdagangan sebelumnya.
Dengan angka tersebut, harga emas Antam pecah rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
Begitu juga dengan harga buyback (harga yang digunakan ketika menjual emas kembali) naik Rp3.000 ke posisi Rp1.459.000 per gram.
Reli harga emas Antam seiring dengan harga emas dunia yang menguat mendekati level tertinggi sepanjang masa.
Merujuk data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (24/1/2025) harga emas dunia menguat 0,64% ke posisi US$ 2.771,52 per troy ons, membalikkan posisi pelemahan tipis sehari sebelumnya sebesar 0,05%.
Dalam sepekan harga emas akhirnya ditutup sumringah 2,58% menandai sudah empat pekan logam mulia ini dalam tren positif dan semakin mendekati level tertinggi sepanjang masa-nya atau All Time High (ATH) yang sempat dicapai 30 Oktober 2024 lalu di posisi US$ 2.786,18.
Penguatan harga emas seiring dengan tekanan terhadap indeks dolar AS (DXY) yang melandai. CNBC Indonesia memantau pada penutupan pekan ini, the greenback turun 0,4% ke level 107 yang merupakan posisi terburuknya dalam dua bulan.
Melandai-nya indeks dolar AS ini merupakan respon dari ketidakpastian pasar yang kembali muncul setelah pidato Trump berpidato di Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) yang menekankan komitmennya untuk menjinak-kan inflasi dan mendesak penurunan suku bunga.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump juga berbicara soal rencana tarif impor AS yang mulai dalam pendekatan agresif.
Dalam pidato itu, Trump sekali lagi mengancam tarif terhadap pesaing asing dan bahkan sekutu seperti Uni Eropa (UE) dan Kanada.
“Pesan saya kepada semua bisnis di dunia sangat sederhana: Ayo buat produk Anda di Amerika, dan kami akan memberi Anda pajak terendah di antara negara manapun di bumi,” kata Trump pada Kamis (23/1/2025).
Namun, para ekonom telah memperingatkan bahwa tarif dapat menjadi bumerang, karena negara lain mungkin menanggapi AS dengan tarif mereka sendiri – yang biayanya kemungkinan akan ditanggung oleh konsumen.
Kurangnya kejelasan tentang kebijakan ini membuat pelaku pasar mengamankan asetnya ke emas yang merupakan safe haven untuk melindungi diri dari volatilitas. (CNBCIndonesia)