DISTORI.ID – Sepanjang tahun 2024, Provinsi Aceh tercatat dilanda sebanyak 273 kali bencana alam yang berdampak pada 159.141 jiwa dari 44.641 Kepala Keluarga (KK). Dari total bencana tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan telah terjadi penurunan signifikan dibandingkan tahun 2023 yang mencatat 418 kejadian bencana.
Kepala BPBA, Teuku Nara Setia, mengatakan kerugian yang diakibatkan karena bencana berkurang drastis, dari Rp430 miliar pada tahun 2023 menjadi Rp123 miliar pada tahun 2024. Laporan tersebut disampaikannya dalam keterangan pers, Senin (6/1/2025).
Menurut Nara, jenis bencana yang mendominasi Aceh pada tahun lalu adalah kebakaran permukiman sebanyak 86 kejadian, dengan nilai kerugian mencapai Rp69 miliar. Bencana ini merusak 787 rumah serta berbagai sarana seperti tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, hingga 157 ruko.
“Meski mengalami penurunan dari tahun 2023 yang mencatat 149 kasus, angka kebakaran permukiman masih menjadi perhatian serius,” ujar Nara.
Selain kebakaran, banjir juga menjadi ancaman utama dengan 68 kali kejadian. Dampaknya mencakup kerusakan pada 5.062 rumah, 11 jembatan, 18 tanggul, dan 883 hektar sawah yang terendam. Sebanyak 4.009 orang terpaksa mengungsi, dengan total kerugian mencapai miliaran rupiah.
Jenis dan Dampak Bencana Bencana lain yang dilaporkan adalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), yang terjadi sebanyak 63 kali dan menghanguskan 214 hektar lahan. Bencana angin puting beliung mencatat 34 kejadian, menyebabkan kerusakan pada 376 rumah dengan kerugian mencapai Rp9,5 miliar.
“Sementara itu, longsor terjadi 14 kali, banjir bandang 4 kali, kekeringan 2 kali, gempa bumi 1 kali di wilayah Simeulue dengan magnitudo 5,9 SR, serta abrasi yang juga satu kali kejadian,” sebutnya.
Bencana-bencana tersebut berdampak pada infrastruktur vital lainnya, termasuk 40 sarana pendidikan, 3 sarana kesehatan, 12 sarana ibadah, serta jalan dan jembatan.
Nara menyebutkan penurunan jumlah bencana tidak terlepas dari upaya mitigasi yang terus ditingkatkan oleh pemerintah dan masyarakat.
“Kerja sama berbagai pihak dalam meningkatkan mitigasi bencana telah menunjukkan hasil, sehingga angka kejadian bencana dapat ditekan,” katanya.
Namun, ia menekankan bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan elemen lain seperti media sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa mendatang.
Ia juga menghimbau masyarakat untuk menjaga alam, khususnya dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan. “Masyarakat diminta untuk tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan dan tidak membuka lahan dengan cara membakar. Fungsi hutan sebagai resapan air harus kita pertahankan untuk mencegah banjir, longsor, dan Karhutla,” tegas Nara.
Selain itu, BPBA berkomitmen untuk terus melakukan pemberdayaan masyarakat dan sosialisasi kepada para pelaku usaha agar menghindari pembukaan lahan dengan pembakaran. Nara menambahkan, kesiapan menghadapi bencana, baik alam maupun non-alam, adalah tanggung jawab bersama.
BPBA bertekad untuk semakin meminimalisir kerusakan dan korban akibat bencana, dengan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespons kejadian secara komprehensif.
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama,” pungkas Nara. []