Penulis: Ns.Irwansyah,S.Kep, Mahasiswa Magister Keperawatan USK
Interprofessional Collaboration (IPC) adalah kerjasama antar orang dengan latar belakang profesi yang berbeda untuk memecahkan masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan kesehatan. Dalam IPC, berbagai profesi bekerja bersama untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan termasuk melibatkan pelajar, praktisi, pasien, keluarga, dan masyarakat.
Mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif agar pasien mendapatkan perawatan terbaik dan mencapai kesembuhan, dengan demikian, IPC merupakan pendekatan kolaboratif yang penting dalam dunia kesehatan.
Implementasi Kolaborasi Interprofesional (IPC) di rumah sakit memerlukan kerja sama dan koordinasi antara berbagai profesi kesehatan. Dalam pengimplementasiannya, IPC dapat dilakukan dengan beberapa langkah.
Pertama, membentuk tim multidisiplin, tim ini nantinya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, farmasis, terapi fisik dan peran lainnya yang dibutuhkan, dan tim ini bertujuan untuk melakukan perencanaan serta memberikan perawatan kepada pasien.
Kedua, fasilitasi komunikasi yang terbuka dan efektif antar anggota tim, dan memaksimalkan penggunaan alat komunikasi untuk berkoordinasi antar tim. Lakukan, rapat, pencatatan medis secara elektronik serta berkomunikasi secara langsung guna berbagi informasi tentang pasien.
Ketiga, selenggarakan pelatihan bersama untuk anggota tim. Pelatihan ini dapat mencakup tentang peran masing-masing profesi, etika kerja dan keterampilan komunikasi.
Keempat, membuat perencanaan perawatan pasien bersama dengan melibatkan semua anggota tim. Diskusikan tujuan perawatan, tindakan yang diperlukan dan evaluasi hasil.
Kelima, fokus pada kebutuhan pasien dengan selalu melibatkan pasien dan keluarganya dalam pengambilan keputusan dan perencanaan perawatan.
Keenam, lakukan evaluasi berkala tentang efektivitas kolaborasi. Identifikasi area yang perlu diperbaiki dan lakukan perubahan yang diperlukan.
“Dalam pengimplementasian kolaborasi interprofesional (IPC) di rumah sakit, perbedaan budaya profesi akan menjadi tantangan tersendiri. Selain perbedaan budaya profesi, tantangan lainnya yang mungkin akan dihadapi adalah keterbatasan waktu dikarenakan tiap profesi memiliki kesibukan yang berbeda,” kata Ns.Irwansyah,S.Kep dalam tulisannya, Selasa, 7 Mei 2024.
Tantangan selanjutnya yang bisa dijumpai adalah ketidakpastian peran, kurangnya pelatihan kolaborasi, ketidakpatuhan pasien, sistem informasi kesehatan yang terpisah bahkan struktur hirarki dalam rumah sakit yang dapat menghambat komunikasi terbuka.
“Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini penting untuk memperkuat komunikasi, memfasilitasi pelatihan kolaborasi, dan membangun budaya kerjasama yang inklusif diantara semua anggota tim,” sebutnya.
Perbedaan budaya profesi dalam kolaborasi interprofessional memerlukan pemahaman, komunikasi, dan kerjasama yang baik antara anggota tim. Beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi perbedaan budaya profesi.
Pertama, menyelenggarakan pelatihan tentang peran dan tanggung jawab masing-masing profesi. Ini akan membantu mengurangi stereotip dan meningkatkan pemahaman tentang kontribusi setiap anggota tim.
Kedua, ajak anggota tim untuk berbicara terbuka tentang perbedaan budaya dan harapan mereka. Diskusikan nilai-nilai, keyakinan, dan praktik yang mungkin berbeda.
Ketiga, tekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam memberikan perawatan pasien. Ingatkan bahwa tujuan utama adalah kesejahteraan pasien.
Keempat, bentuk tim multidisiplin yang mencakup berbagai profesi. dalam tim ini, anggota dapat saling belajar dan memahami peran satu sama lain.
Kelima, jadikan perbedaan sebagai kesempatan untuk belajar. ajarkan anggota tim tentang praktik terbaik dari berbagai profesi. Keenam, hargai pengalaman dan pengetahuan setiap anggota tim. berbicaralah dengan empati dan hormati perbedaan. Ketujuh, ingatkan bahwa pasien adalah fokus utama. Kolaborasi yang baik akan menghasilkan perawatan yang lebih baik bagi pasien.
“Penerapan kolaborasi antarprofesi di rumah sakit yang berhasil akan memberikan banyak manfaat terutama bagi para pasien. Efek dari manfaat inipun nantinya akan memberikan rasa nyaman kepada pasien selama keberadaannya di rumah sakit,” kata dia.
Beberapa manfaat yang bisa dirasakan oleh pasien dari penerapan Interprofessional Collaborations (IPC) seperti, 1. Keselamatan Pasien. Kolaborasi antarprofessional dapat mempengaruhi keselamatan pasien dengan berkoordinasi dan berkomunikasi dengan baik, tim kesehatan dapat mengurangi risiko kesalahan pengobatan dan kejadian yang membahayakan pasien.
2. Kualitas jidup Pasien. IPC dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dimana melibatkan berbagai profesional, pasien dapat menerima perawatan yang holistic dan terintegrasi. 3. Mengurangi Risiko Terjatuh. Kolaborasi antarprofesional membantu mengurangi risiko terjatuh pada pasien, terutama pada pasien lanjut usia.
4. Mencegah Kesalahan Pengobatan. Tim Kesehatan yang berkolaborasi dapat memantau pengobatan pasien dengan lebih efektif, mengurangi risiko kesalahan dosis atau interaksi obat. 5. Meningkat Status Fungsional Pasien. Dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, IPC dapat membantu meningkatkan status fungsional pasien, termasuk kemampuan fisik dan mental. 6. Hubungan Saling Percaya. Kolaborasi antarprofesional memperkuat hubungan saling percaya antara anggota tim kesehatan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepuasan kerja dan hasil perawatan pasien.
“Selain manfaat dan keuntungan yang dirasakan oleh pasien. Penerapan kolaborasi antarprofesi pun dapat memberikan banyak keuntungan dalam dunia Kesehatan,” sebutnya.
Di antara keuntungan yang dapat dirasakan dalam dunia kesehatan ketika menerapkan IPC seperti, peningkatan kualitas pelayanan. Kolaborasi antarprofesi memungkinkan para profesional dengan latar belakang yang berbeda untuk berkontribusi dengan keahlian masing-masing dan hasilnya adalah pelayanan yang lebih holistik dan terintegrasi bagi pasien. Tim yang bekerja sama dapat saling melengkapi, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan keamanan pasien.
Selanjutnya, Efisiensi dan Penggunaan Sumber Daya yang Lebih Baik. Dengan berkolaborasi, tim dapat membagi tugas dan tanggung jawab secara efisien. Ini mengurangi tumpang tindih dan memastikan penggunaan sumber daya yang optimal. Kemudian, peningkatan Komunikasi. Kolaborasi antarprofesi memperkuat komunikasi antara anggota tim. Mereka belajar untuk saling mendengarkan, berbicara dengan jelas, dan berbagi informasi yang relevan. Komunikasi yang baik membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan semua anggota tim memiliki pemahaman yang sama tentang perawatan pasien.
Selanjutnya, lengembangan ketrampilan dan pengetahuan. Melalui kolaborasi, para profesional dapat belajar dari satu sama lain. Mereka dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang berbeda. Ini membantu meningkatkan kompetensi dan pemahaman tentang peran masing-masing profesi. Juga, peningkatan Kepuasan Pasien. Pasien mendapat manfaat dari pelayanan yang lebih baik dan terkoordinasi. Mereka merasa didengarkan dan diperlakukan dengan hormat oleh tim yang bekerja sama. Kolaborasi antarprofesi juga memungkinkan perawatan yang lebih holistik, mengakomodasi kebutuhan fisik, emosional, dan sosial pasien.
Termasuk, Inovasi dan Penelitian. Kolaborasi antar profesi memfasilitasi pertukaran gagasan dan penelitian bersama. Tim yang berkolaborasi dapat menghasilkan inovasi baru dalam perawatan Kesehatan. Contohnya, kolaborasi antara dokter, ahli gizi, dan terapis fisik dapat mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen penyakit kronis.
“Dalam penerapan interprofessional kolaborasi, sangat dimungkinkan terjadinya konflik antara anggota tim. diperlukan beberapa langkah untuk membantu mengatasi konflik yaitu mengidentifikasi akar penyebab masalah. Ini menjadi langkah pertama, apa yang menyebabkan konflik. Apakah itu perbedaan pendapat, ambiguitas peran, atau masalah komunikasi? Identifikasi akar permasalahannya agar dapat menemukan solusi yang tepat,” katanya.
Kemudian, mendengarkan secara aktif, dengan mendengarkan secara aktif, tentu dapat memahami sudut pandang orang lain dan mencari solusi bersama. Selanjutnya cari Solusi yang saling menguntungkan, alihkan fokus dari “siapa yang benar” ke “bagaimana kita bisa menemukan solusi bersama.
“Cari jalan tengah yang menguntungkan semua pihak. Langkah selanjutnya mencapai konsensus melalui kompromi, terkadang kita harus berkompromi untuk mencapai kesepakatan. Agar semua pihak merasa dihargai,” sebutnya.
Implementasi kolaborasi interprofesi (IPC) di rumah sakit adalah langkah penting untuk meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan. Contoh penerapan IPC di rumah sakit seperti kolaborasi antara perawat dan dokter dalam merawat pasien, mereka berdiskusi tentang rencana perawatan, pemantauan kondisi pasien, dan tindakan medis yang diperlukan,” terangnya.
Selanjutnya, penggunaan protokol bersama, rumah sakit memiliki protokol standar untuk perawatan pasien dimana semua tenaga kesehatan mengikuti protokol ini. Contoh lain adalah pelatihan bersama, tenaga kesehatan mengikuti pelatihan bersama seperti pelatihan tentang penggunaan alat medis, manajemen nyeri, atau komunikasi dengan pasien.
“Penggunaan sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah contoh lain dari IPC dimana rekam medis pasien dapat diakses oleh semua anggota tim,” katanya. []