DISTORI.ID – Sebanyak 2000 gempa telah terjadi sepanjang tahun 2023 di daerah Aceh dan Sumatera Utara. Balai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I menangkap kejadian gempa ini melalui sistem monitoring 24 jam dengan mengandalkan sebaran sensor gempa bumi di daratan Sumatera.
Seismologist BMKG Wilayah I, Muh Hanif Zarkasi mengatakan kejadian gempa wilayah Utara Sumatera menjadi tanggung jawab Pusat Gempa Regional I.
“Sebanyak 2.000 kali kejadian gempa tersebut, sekitar 56 kejadian gempa dirasakan. Hal ini menjadi suatu perhatian khusus bagi kami untuk lebih lagi memahami proses tektonik dan seismisitas di wilayah Aceh dan Sumut,” kata Muh Hanif Zarkasi, Kamis, (28/12/2023).
Ketua tim seismologist BMKG Wilayah I, Chichi Nurhafizah menjelaskan aktivitas gempa menurut hasil analisis terjadi dari dua sumber utama yaitu zona subduksi dan megathrust di Samudra Hindia dan patahan aktif Sumatera.
“Zona aktif subduksi Sumatera dibentuk oleh pergerakan lempeng tektonik dari Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia dengan kecepatan 5 – 6 cm per tahun akibat densitas yang lebih besar,” katanya.
Ia menambahkan, penunjaman tersebut menyebabkan palung Samudra Hindia dan beberapa pulau di depan Sumatra serta patahan Sumatera yang cenderung bergerak menganan serta beberapa kejadian gempa dan tsunami.
“Patahan Sumatera sendiri bergerak 1 – 2 cm per tahun, walaupun lebih kecil tapi efek kerusakan nya lebih besar karena dekat dengan pemukiman, seperti gempa Tarutung 2022 M 6.2 dan Pidie Jaya di 2017 dengan M 6.7,” tambah Chichi.
Kepala BBMKG Wilayah I, Hendro Nugroho menjabarkan aktivitas gempa bumi secara statistik yaitu gempa dengan magnitudo (M) 1-2 berjumlah 327 kejadian, M 2-3 jumlah 1170 kejadian, M 3-4 jumlah 404 kejadian, M 4-5 jumlah 83 kejaidan, M 5-6 jumlah 12 kejadian dan M > 6 sebanyak 2 kejadian. Selain itu, total gempa kedalaman dibawah 50 km sebanyak 1665 kejadian, 50 – 100 km sebanyak 150 kejadian, 100 – 250 km sebanyak 184 kejadian dan > 250 km sebanyak 1 kejadian.
“Dari sebaran gempa bumi dapat kita lihat beberapa klaster yang signifikan seperti di Lhoksumawe yang terjadi di awal Januari, di Singkil dengan M 6.2 , di sebelah tenggara Nias,” jelas Hendro.
Hendro juga menambahkan klaster gempa tersebut patut diwaspadai dan dipelajari lebih lanjut. Secara tektonik, wilayah Aceh Tengah paling tinggi seismisitas yang dipengaruhi oleh aktivitas sesar geser Aceh Tengah dan Tripa yang sangat aktif.
Sedangkan di Sumatra Utara, wilayah Tarutung paling banyak terjadi gempa bumi yang diperngaruhi oleh aktivitas dari sesar Toru.
“Kami memiliki rencana besar untuk membuat suatu buku tentang sejarah gempa merusak di wilayah Sumatra Utara dengan analisis yang lengkap sebagai bagian dari pengabdian kami,” tambah Hendro. []
Editor: Fahzian Aldevan