HEADLINELINGKUNGAN

Kegigihan Ranger perempuan lindungi hutan Aceh dari pembalak

DISTORI.ID – Sekelompok wanita di Desa Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah, Aceh, gigih mempertahankan hutan dari ancaman para pembalak liar.

Mak-mak Desa Damaran Baru ‘mewakafkan’ sebagian hidupnya untuk melindungi hutan di dataran tinggi Gayo itu. Mereka dikenal sebagai tim Ranger, masuk keluar hutan memastikan paru-paru dunia tidak dirambah para pembalak.

Media ini menjumpai Irwandi, Kepala Desa Damaran Baru, pada Senin (14/8/2023). Kepada wartawan, ia membenarkan desanya ‘dipagari’ srikandi-srikandi pemberani.

“Ranger perempuan sudah ada sejak 2015, tujuannya untuk pencegahan perambahan hutan yang di gunung atas [burni Telong]. Itu masuk dalam kawasan hutan lindung,” kata Irwandi.

Dijelaskannya, sebelum para Ranger dibentuk, desanya kerap ‘dikepung’ para pembalak liar. Dampak lingkungannya tunai, medio September 2015 Damaran Baru diterjang banjir bandang. Sebanyak 18 rumah rusak, harta benda hanyut, beruntung tidak ada korban jiwa.

“Sebelum adanya Ranger, perambahan hutan untuk penambahan lahan perkebunan sangat meraja lela. Dan menimbulkan bencana ke desa, desa kami dihantam banjir bandang,” kisah Irwandi.

Tak tanggung-tanggung, ‘pundak’ mak-mak Desa Damaran Baru itu harus memikul tanggung jawab untuk melindungi 250 hektare hutan lindung. Beranggotakan 20 orang, Ranger Damaran Baru menyisir hutan-hutan tersebut.

“Sekitar 250 hektare hutan lindung dilindungi tim Ranger ibu-ibu. Mereka beranggota 20 orang, terbagi ke dalam tiga kelompok,” sebut Irwandi.

Memastikan keamanan hutan, Ranger berpatroli satu kali dalam sepekan, dengan kata lain sebulan para mak-mak tersebut menyusuri hutan sebanyak empat kali.

Benar, pekerjaan mereka tidak diupah oleh siapa pun dan pihak mana pun. Hutan akan membayar itu semua, dengan jaminan kesejahteraan dan keberlangsungan hidup flora, fauna juga manusia.

“Patroli dilakukan tanpa ada biaya yang diperbantukan untuk uang lelah. Uang lelahnya tidak ada, jadi memang suka rela,” tegas Irwandi.

Irwandi, Kepala Desa (Reje) Damaran Baru, Kecamatan Timang Gajah, Bener Meriah, Aceh. (Foto: Distori/Fahzian Aldevan).

Tanggungjawab menjaga hutan bukanlah hal mudah, nyawa disabung, dari ancaman hewan buas maupun intimidasi para pembalak yang merasa terganggu dengan kehadiran para Ranger.

“Pada awalnya iya, ancaman itu datang dari para oknum pembalak. Tapi, setelah diberikan pemahaman-pemahaman kepada perambah hutan, alhamdulillah mereka menjadi sadar, karena itu kan hutan lindung,” sebutnya.

Memang, sebagai wanita pedesaan para Ranger memiliki segudang pengetahuan terkait hutan. Ditambah, pembekalan yang kerap diberikan pihak yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA).

“Para Ranger dibina pengetahuannya oleh HAkA tentang bagaimana mengetahui alam, penjagaan perambahan, dan segala macam pencegahan itu semua,” ucapnya.

Irwandi memberikan penjelasan terkait kenapa wanita-wanita Damaran Baru berada di garda depan untuk menjaga hutan. “Kesadaran para ibu-ibu untuk mencegah terjadinya banjir bandang lebih tinggi dibandingkan kesadaran bapak-bapaknya,” ucapnya.

Bukan tanpa sebab, sebagai tulang punggung keluarga para laki-laki Desa Damaran Baru banyak menghabiskan waktunya untuk bertani kopi. Wajar, jika kepekaan untuk melindungi desa tumbuh subur dalam diri para wanita.

Menjadi Desa Wisata

Berkat kerja keras dan kerja ikhlas para Ranger, banjir bandang tak pernah datang lagi mengancam kehidupan di Desa Damaran Baru.

“Alhamdulillah dari 2015 hingga sekarang tidak ada lagi bencana banjir bandang, sebab telah berkurangnya perambahan hutan di desa kami,” ujarnya.

Tak hanya itu, Damaran Baru juga coba bangkit melalui sektor pariwisata. Irwandi mengaku, desanya kini tengah mencoba menghidupkan wisata pemandian air panas.

“Itu jadi salah satu potensi yang akan kita gali. Sumber airnya ada di gunung, sekitar 3 kilometer ke atas, itu jadi salah satu potensi wisata desa kami,” ucapnya.

Begitu juga, Wisata Taman Anggrek hadir memperlengkap daftar ekowisata Damaran Baru. Pada taman tersebut hidup flora dan fauna langka, yang jarang ditemukan di daerah lain.

“Ada burung-burung langka yang memang tinggal di hutan ini, yang di tempat lain sudah punah, namun di sini masih ada,” pungkas Irwandi. []

Editor: Fahzian Aldevan

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button