DAERAH

Syech Fadhil: Konflik adalah fase terpahit dalam sejarah Aceh

DISTORI.ID – Senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi atau akrab disapa Syech Fadhil berharap perdamaian di Aceh berjalan abadi. Hal ini dinilai penting untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di Aceh dibanding dengan provinsi lainnya di Nusantara.

“Saya berharap damai di Aceh berjalan abadi. Damai di Aceh masih seumur jagung, baru 18 tahun,” ujar Syech Fadhil, Senin (14/8/2023), saat ditanya wartawan terkait peringatan Hari Damai Aceh yang diperingati pada 15 Agustus mendatang.

Menurut Syech Fadhil, Sejarah Aceh mencatat konflik yang panjang. Dimana, pemberontakan DI TII dicetuskan oleh Daud Beureueh pada 20 September 1953 dan berakhir dengan Ikrar Lamteh pada 18-22 Desember 1962.

“Artinya konflik DI/TII berjalan hampir 9 tahun lamanya. Kemudian Wali Nanggroe Hasan Tiro mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976. Berarti fase damainya dari Ikrar Lamteh ke deklarasi Halimun cuma 14 tahun. Kemudian konflik lagi hingga MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. Itu konflik hampir 30 tahun,” ujar Syech Fadhil.

“30 tahun konflik membuat semua sektor di Aceh lumpuh, termasuk sarana pendidikan. Sedangkan Pembangunan baru berjalan 18 tahun selama damai. Inilah mengapa saya berharap damai ini mesti dipertahankan. Kita baru memulai untuk mengejar ketertinggalan,” tambahnya.

Syech Fadhil berharap, jangan sampai masyarakat Aceh terprovokasi oleh pihak yang tak senang dengan damai Aceh, sehingga terjerumus kembali dalam konflik.

Untuk menghindari itu semua, kata Syech Fadhil, harus belajar pada sejarah. Menurutnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang belajar dari cacatan sejarah di masa lampau.

“Jangan warisi generasi Aceh di masa depan dengan konflik. Investasi paling berharga sebenarnya adalah pendidikan. Maka selama fase damai ini, saya berharap seluruh anak Aceh memperoleh pendidikan tinggi untuk membangun daerahnya sendiri di masa depan,” ucap Syech Fadhil.

“Konflik di Aceh adalah periode terpahit. Jangan sampai kisah lama kembali terulang, sehingga pondasi pembangunan di Aceh kembali hancur,” imbuhnya.

Syech Fadhil mengajak seluruh kalangan untuk mendidik generasi Aceh dengan karakter keacehan. Menguatkan pondasi ilmu agama juga ilmu umum pada generasi muda, dan juga menanamkan rasa bangga sebagai bangsa Aceh. []

Editor: Fahzian Aldevan

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button