BISNIS

Mencicipi manisnya jeruk pamelo khas Bireuen, dipasarkan hingga ke Jakarta

DISTORI.ID – Jeruk bali atau dikenal dengan nama jeruk pamelo menghadirkan keberkahan tersendiri bagi Syahril (29). Kebun jeruk bali miliknya yang berada di Desa Kubu, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh mampu menghasilkan jeruk manis yang dilirik pasar daerah bahkan nasional.

Saat dijumpai DISTORI, Senin (12/6/2023) Syahril mengungkap, kebunnya kerap didatangi para pembeli yang datang langsung untuk memetik buah segar hasil tangan dinginnya itu.

Selain pembeli dari masyarakat umum, kebun jeruk pamelo milik Syahril juga disambangi para pengepul. “Ada yang datang langsung ke kebun untuk membeli, ada juga pengepul yang datang untuk memetik ke kebun,” sebut Syahril.

Tak hanya itu, petani muda itu juga mengirimkan buah jeruk pamelo hasil kebunnya itu ke beberapa pasar di luar Aceh, di antaranya ke Medan dan Jakarta. “Ada juga kita kirim, sesuai dengan pesanan yang meminta,” jelas Syahril saat dijumpai di kebun jeruk pamelo yang dalam bahasa latin dinamai citrus maxima.

Imlek menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Syahril dan mungkin para petani jeruk pamelo lainnya, bagaimana tidak, hari raya umat Konghucu itu berdampak pada meningkatnya permintaan buah di pasar, tak terkecuali buah jeruk pamelo.

“Biasanya yang paling banyak diminati [jeruk pamelo] ketika perayaan imlek. Kalau Imlek kita gak cukup stok. Mereka akan memborong semua,” sebut Syahril dengan wajah sumringah.

Ia menjelaskan, dua  bulan sebelum perayaan Imlek, para pembeli sudah memesan atau mengunjungi kebun untuk menentukan tanggal panen.

Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi para petani jeruk bali, sebab buah satu ini akan selalu ada dengan kata lain bukan buah musiman.

“Tetapi memang dalam setahun itu ada masa buahnya agak kurang karena dipengaruhi proses perawatan, karena harus ada pemangkasan dahan, daun dan batang-batang yang menguning,” ujarnya.

Syahril menjelaskan, tanaman jangka panjang ini harus cukup air. Jika pohon sudah besar, penyiraman biasanya dilakukan seminggu sekali. Sedangkan untuk pemupukan tiga sampai enam bulan sekali.

Semua pekerjaan tentu mempunyai risiko tersendiri, dan bagi pelakon harus siap dan sigap menghadapinya. Bertani jeruk pamelo tidaklah selalu mulus, ada hama yang siap menyerang kapan saja, menurunkan kualitas buah bahkan mengancam gagalnya panen.

“Hama rata-rata ada, kita siasati dengan membungkus buah-buah giri [nama jeruk pomelo dalam bahasa Aceh] dengan plastik atau pembungkus yang dirajut dari daun kelapa,” sebutnya.

Selain pencegahan dengan cara-cara alami, Syahril juga terpaksa harus melakukan penyemprotan pestisida untuk membunuh hama yang kerap menggerogoti buah pamelo hingga membusuk. “Karena hama akan memakan sampai ke isi jeruk bali,” sebut Syahril dengan nada serius.

Kepada media ini, pemuda Bireuen itu juga membeberkan harga jeruk pamelo miliknya. Ia membanderol pada harga 10 ribu hingga Rp20 ribu per buah, tergantung ukuran.

“Kalo orang beli di kebun itu biasanya harga 15 ribu karena tidak ditimbang per kilo, beda dengan masa Imlek,” sebutnya.

Sedangkan ketika hendak memasuki Hari Raya Imlek, pengepul akan mengambil jeruk pamelo milik Syahril dengan harga 12 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram.

Tertarik mencicipi jeruk pamelo hasil tangan Syahril? Mari berkunjung ke Desa Kubu, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen. []

Editor: M Yusrizal

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button